Baru usia 17 tahun, pemuda asal Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) sudah miliki belasan murid Kuntau, dengan niat melestarikan seni bela diri tradisional.
BALANGAN, narasipublik.net – Di Pulau Kalimantan, tepatnya Provinsi Kalimantan Selatan, ada sebuah seni bela diri bernama “Kuntau” yang cukup tersohor pada masanya. Namanya cukup populer di banua (daerah, red).
Tak hanya sebagai ajang bela diri, Kuntau bahkan bisa menjadi hiburan seni pertunjukan.
Jika menengok satu hingga dua dekade ke belakang, pertunjukan aksi Kuntau sering ditampilkan untuk memeriahkan pesta perkawinan di desa-desa hingga perkotaan.
Kadang, pemain aksi pertunjukan kuntau memeragakan keahlian dan kekuatan.
Bahkan adakalanya, membuat aksi konyol yang membikin penonton mengelekar tertawa, sampai gigi ompongnya kelihatan. -bagi yang pakai gigi palsu kadang sedikit tertawa ‘jaim, takut copot.
Sayangnya, mayoritas generasi sekarang alias generasi milenial tidak banyak tahu apa itu Kuntau.
Kalaupun pernah mendengar istilah Kuntau, hanya sekadar tahu tapi nyaris tidak pernah melihat atraksinya secara langsung.
Atraksi Kuntau kini sudah sangat jarang ditampilkan, perguruannya pun tidak banyak orang yang tahu.
Mau berguru, tapi berguru dengan siapa? dan di mana?. Terus juga, situasi PPKM yang terus diperpanjang pemerintah ini, apakah bisa?
Minimnya informasi membuat Kuntau nyaris terlupakan oleh khalayak.
Padahal, kuntau adalah bagian seni budaya lokal yang harus dilestarikan eksistensinya. Salah satunya dengan mengajarkannya secara terbuka, sehingga membuka mata publik dan menarik minat untuk dipelajari.
Syukurlah, sebelum kuntau makin terlupakan, muncul anak muda praktisi Kuntau yang ingin seni beladiri leluhur itu tetap lestari di ‘banua’, bahkan menjadi kebanggaan bangsa hingga mampu merambah dunia internasional.
Nazarudin Yusuf, pemuda asal Desa Gunung Batu, Kabupaten Balangan ini, termasuk gigih memperjuangkan eksistensi Kuntau di kampungnya sendiri untuk dipelajari.
Pemuda usia 17 tahun yang kerap disapa Nazar itu, sebelumnya berguru di perguruan Hasyim Harimau Teratai Putih.
Perguruan Hasyim Harimau Teratai Putih itu, biasanya melaksanakan latihan di Desa Auh Kecamatan Tebing-Tinggi, Kabupaten Balangan.
Nazar telah berkompeten menjadi guru, untuk meneruskan seni bela diri tradisional itu.
Sebab, ilmunya sudah sampai ke tingkatan “batamat”. Yakni, tahapan puncak yang ditunggu dan mendebarkan di dunia per-Kuntauan.
Pada fase itu, seorang murid diuji langsung oleh gurunya untuk menentukan kelulusan.
Biasanya Nazar melatih Kuntau di belakang rumahnya, yang kebetulan memiliki tanah lapang, sehingga pas digunakan untuk berlatih Kuntau.
“Kami biasanya latihan tiap Rabu dan Minggu, khusus di gunung Batu, di belakang rumahku,” ujarnya, saat ditemui penulis, Sabtu (14/08/2021).
Memulai dari ‘satu-dua’ orang murid, kini Nazar telah memiliki belasan murid.
“Rata-rata usianya sekitar 9 tahun ke atas, tetapi ada dua orang yang kecil, karena dia memiliki niat untuk belajar jadi diikutkan saja. Dan syukur karena niatnya memang betul-betul, hasil dari gerakan-gerakan nya cukup bagus,” ungkap Nazar ketika ditemui di rumahnya.
Saat latihan di malam hari, Nazar biasa membuat semacam pertunjukan sederhana. Warga setempat yang ingin menonton tidak dipungut biaya. -hanya ia menyediakan kotak sumbangan seikhlasnya.
Nazar berujar, hal itulah yang kemungkinan membikin ketetarikan dan muridnya kini makin bertambah.
“Dahulu ada 15 orang kini makin bertambah. Mungkin karena pertunjukan sederhana yang kami tampilkan selama ini sembari latihan,” ujarnya.
Masyarakat yang ingin mengikuti latihan Kuntau di tempat Nazar, tidak dipungut biaya ataupun persyaratan lainnya. Cukup dengan syarat niat atau kemauan, serta izin orangtua.
Nazar mengisahkan, niat bekecimpung di dunia per-Kuntauan itu, awalnya hanya untuk mengisi kegiatan yang lebih positif.
Ketimbang hanya bermain ponsel tidak karuan tiap hari, -begitu pikirnya.
Lama kelamaan, muncul gagasan dan niat untuk melestarikan seni bela diri tradisional itu.
Nazar berujar, banyak manfaat yang bisa didapat dari mempelajari seni bela diri kuntau.
Ia menyebutkan, untuk perlindungan diri, kesehatan, hingga bisa menumbuhkan karakter diri menjadi yang lebih baik karena Kuntau menuntut sifar beradab.
Nazar berharap, ilmu yang disalurkannya bisa mengalir. Bahkan ia berharap, ada yang bisa melampauinya sebagai gurunya.
Ia juga mewanti-wanti para muridnya, agar mencontoh sikap padi. “Semakin berisi semakin merunduk, artinya meskipun banyak ilmu jangan sombong,” tuturnya.
Ada berbagai alasan murid Nazar mengikuti perguruannya. Salah seorang murid Nazar, yang bernama Amin, mengaku ikut Kuntau untuk perlindungan diri.
“Selain melestarikan budaya kita Kalsel, juga untuk perlindungan diri, karena kita tidak tahu kejahatan bisa datang kapan saja,” ujarnya. (Fik)
Editor : Yat